Minggu, 17 Januari 2016

Puisi apa kabar, kawan?

Apa kabar, kawan?

Melihat gambarmu berubah belati
Mengacung di dadaku lalu mengulitinya dengan halus
Tumpah darah rindu
Dan kisah demi  kisah terburai
Setengah sadar, kukais jejakmu yang tertinggal
Sudah di tikungan manakah dirimu?
Kau dan aku terlalu jauh
Kita tak saling mengejar sebab tak ada yang merasa ditinggalkan
Samar-samar wajahmu mematung, senyummu semakin ingin kutangkap lagi
Beserta wajah-wajah yang lain
Kita bagai rombongan semut kala itu

Dunia tak benar selebar daun kelor
Tak pernah kudengar lagi salam dan nasibmu


Surabaya, di antara musim hujan dan kemarau 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar